Pengenalan Kelab Noon

Dalam Al Quran, surah yang ke 68, iaitu Surah Al Qalam, Allah telah bersumpah dengan huruf Nun beserta dengan Matapena.

Matapena adalah ciptaan Allah yang pertama, yang membuat segala catatan. Surah ini juga merujuk kepada Pena iaitu simbol keilmuan dan bidang penulisan yang mempunyai pengaruh yang amat besar. Apakah ilmu yang paling baik selain daripada yang terkandung dalam Al Quran?

Dalam Bahasa Melayu pula, Noon berbunyi seperti ‘Nun’ contohnya ‘lihat nun jauh di sana’, seolah-olah mengajak supaya berpandangan jauh.

Oleh itu, Kelab Noon menjemput anda pembaca semua supaya turut serta bersama kami, menjadi ahli masyarakat yang senantiasa meningkatkan ilmu serta berpandangan jauh dalam segala hal dan perkara...

Monday 28 July 2014

Buletin 2 Sempena Syawal 1435 H bentuk PDF/Bulletin 2 Shawal 1435 in PDF

Ini adalah Buletin Isu ke2 sempena Syawal 1435 Hijrah dalam bentuk fail PDF. 

Anda dibenarkan mencetaknya supaya dapat diedarkan dan dijadikan bahan bacaan keluarga, sahabat handai dan taulan. 

Terima kasih! 

Semoga Allah menerima segala amalan...Amin

Here is a PDF file format for the Bulletin Issue No.2 in conjunction with Shawal 1435 Hijriah. 

Please feel free to dowload, print and distribute it to your friends. 

Thank you! 

May Allah accept our good deeds..Ameen.

Sunday 27 July 2014

Celebrating Eid: Let us not have our good deeds in Ramadhan turn to waste


After a month of fasting in  Ramadhan, we welcome Eidil Fitri which is here at our doorstep. To appreciate just how much the significance of this day is to family and kinship , we only need to observe how quiet and deserted our capital city Kuala Lumpur is, during this great day. Almost everybody has scrambled off to their respective hometowns to be with their loved ones although only just for a little while.

However, in celebrating our ‘freedom’ at last from the shackles of conditions that may break our fast during the whole of Ramadhan, we need to be wary of certain things. Let us ponder and reflect on this. We need to, in order to ascertain that all the good deeds we had done in the month of Ramadhan will still bear fruit. Aidil Fitri's celebration is not merely whimsical culture, a time when we may fully delight in excessive eating, fulfilling our cravings and appetite which were rendered to a limit in the month of Ramadhan. In fact, during that whole month, we have been trained to be moderate and to avoid being wasteful and greedy. What more to indulge in acts which are totally against our faith in Islam .  

Indeed, fasting which Allah favour is one that is able to induce a sense of piety and which cleanses the soul. As stated in the Quran, verse 183, Surah Al Baqarah, “O ye who believe! Fasting is prescribed for you, even as it was prescribed for those before you, that ye may ward off (evil);.

Fasting during Ramadan obviously purifies our body and mind. We may find that during Ramadhan, those of us who suffer from certain ailments such as are diabetes and hypertension seem to feel better and their illness tend to be better controlled. However, as soon as Eid comes, their afflictions return, sometimes even worse off since it is very easy to over indulge when faced with the various festival delicacies. During Ramadhan, we have put in much efforts to refrain from thinking and harbouring ill thoughts and feelings, to succumb to selfish acts. Instead we tried to exercise kindness and open our minds to the sufferings of others. We should then try to maintain these even on the days after Ramadhan. Continue to fill our hearts with goodness and to always ask for Allah’s forgiveness.  If we had learnt to accustom ourselves with reciting the Quran, then beginning Eid, we should persevere to do so too. If not for a length of time, then a certain portion of it. A little less but strive to do so along the way. Isn’t that what is loved by Allah?

Our Prophet (peace be upon him) has said, “The most beloved of deeds are the most consistent of them, even if they are few.” ~ Al Bukhari and Muslim.  

On the day of Eid, if we had tried our best to adhere to the principles and ideals of Ramadhan, we would emerge just like a new baby, only reborn.  Clean and white, just as the first snow that falls. Therefore, we should try to avoid spoiling the purity of it all by doing something on the contrary. For, failing to do this, all the good rewards that we have gathered with our good deeds during Ramadhan would be gone, disintegrate..what a pity..and such a shame. Imagine our favourite car, just out from the workshop, bright and shiny, looking like brand new. Would we want to bash the car on the wall or to deliberately plow it carelessly in dirty, muddy waters?  Therefore, we need to think twice and be on the alert. The months after Eid can be quite challenging, it is easy for us to fall into temptations and we need to maintain the momentum.  

May the light of Shawal always illuminate ourselves so that we remember Allah as our Creator, hence making ourselves closer to Him. While  rejoicing ‘our triumph’ with family members and strengthening brotherhood ties amongst us as ummat, we strive to abstain from bad deeds beginning from the  last day of Ramadhan, the first of Shawal and the months ahead. Lest we forget, there are the less fortunate ones for whom Eid is just like any ordinary day of hardship. There are those too whose Eid is a far cry from ours, whose innocent women, children and the old are dying by the minute,  whose lives are constantly under attack from arrogant oppressors, bombarded even when taking shelter at relief camps. Let us not forget to offer our plentiful doa for them, wherever they may be.

Kelab Noon would like to take this opportunity to wish you readers, Eid Mubarak! May all of our good deeds during the month of Ramadhan be accepted by Allah s.w.t...Amin.”






PS. Come and join us. Let us continue to fast in the 6 days of Shawwal. There is immense reward for this deed. Our Prophet has said,: "Whoever fasts Ramadhan and follows it with six days of Shawwal, it will be as if he fasted for a lifetime." (Narrated by Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidhi, an-Nisa'i and Ibn Majah) Let us not forget, okay?

Aidil Fitri: Usah Sampai Terhakis Pahala Ramadhan


Setelah sebulan kita berpuasa tiba pula masa bagi menyambut Aidil Fitri. Di negara kita, kota besar seperti ibukota Kuala Lumpur menjadi begitu lengang dan sunyi sepi. Begitu besarnya tarikan kekeluargaan terutamanya di kampung sehingga sekelian penghuni kota tidak dapat tidak, mesti bergegas ke kampung halaman masing-masing walaupun hanya buat seketika. Seumpama belut pulang ke lubuk. 

Namun dalam suasana umat Islam bersuka ria riang dan gembira menyambut hari pembebasan berperang dengan nafsu yang mampu membatalkan puasa, ada beberapa perkara yang perlu juga direnungi. Supaya sambutan Aidil Fitri itu tidak hanya menjadi budaya melepaskan geram memenuhi selera, mendamba kembali hidangan yang terkempunan sewaktu berpuasa (sedangkan sepanjang sebulan sudah diasuh elak memakan berlebihan) dan terlibat dengan tindak tanduk yang di luar batasan syarak.


Puasa yang diterima Allah adalah yang dapat meraih manfaat, membuahkan takwa, membersihkan jiwa. Sepertimana dinyatakan Allah dalam Surah Al Baqarah, ayat 183 yang bermaksud, “Wahai orang beriman, diwajibkan ke atas kamu berpuasa sepertimana diwajibkan ke atas orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa.”

Ternyata, amalan berpuasa sepanjang Ramadan menyucikan tubuh dan minda daripada segala noda. Jika sepanjang Ramadhan didapati kita lebih sihat, malah ada yang sakit darah tinggi dan kencing manisnya menjadi sedikit terkawal maka harus diawasi bermula detik Aidil Fitri. Kadangkala penyakit yang dihidapi itu menjadi lebih parah. Jika semasa Ramadhan juga hati kita terdidik supaya menyelami segala perasaan, bisikan dan perbuatan yang tidak baik maka seharusnya rangsangan itu kekal berbekas. Kita terus menerus menggantikan yang serba buruk dengan amalan terpuji dan memohon keampunan Ilahi. Jika telah terbiasa berdampingan dengan Al Quran maka seharusnya diteruskan keintiman itu. Jika tidak banyakpun maka memadai dengan sedikit. Bukankah Allah menyukai amalan yang sungguhpun sedikit namun berpanjangan?

Pada hari Aidil Fitri, kita kembali kepada fitrah; seolah-olah dilahirkan semula. Suci dan bersih bak kapas. Oleh itu hindarkan diri kita dari menodai kesucian yang telah kita sendiri susah payah gilapkan sepanjang bulan Ramadhan yang lalu. Ibarat kereta kesayangan yang baru keluar dari bengkel setelah proses pembaikan semula, ia berkilat dan seumpama baharu. Maka sanggupkah kita sengaja meredah lopak dipenuhi air kotor ataupun melanggari tembok sehingga kemik dan remuk? Begitu jugalah diri kita ini. Perlu mengawasi dan berwaspada akan cabaran pada Syawal dan bulan-bulan yang menyusul.

Semoga cahaya Syawal senantiasa menyinari diri kita supaya mengingati Allah sebagai Maha Pencipta, menjadikan diri kita lebih dekat dengannya. Di samping bergembira bersama keluarga, merapatkan silaturrohim, kita jauhkan daripada melakukan perkara yang tidak baik dengan terbenamnya hari terakhir Ramadhan terbitnya bulan baharu. Tidak lupa juga menginsafi mereka yang kurang bernasib baik; Aidil Fitri mereka itu tidak ubah seperti hari-hari lain. Dipenuhi dengan tangisan mengiringi kesukaran, kecederaan malah kematian akibat bedilan tidak putus-putus, angkara kerakusan manusia yang kesombongannya bertakhta di hati. Kita titipkan doa untuk mereka ini, baik di mana sahaja mereka berada.

Kelab Noon mengambil kesempatan ini bagi mengucapkan Selamat Menyambut Aidil Fitri...semoga segala amalan pada bulan Ramadhan kita diterima Allah s.w.t....Amin.


PS. Mari kita teruskan lipat ganda usaha lagi dengan melaksanakan puasa selama enam hari dalam Syawal; yang mana pahalanya sekiranya ditambah kepada puasa sebulan Ramadhan, seumpama kita berpuasa selama setahun. Usah pula kita lupa, ya?

Sunday 20 July 2014

Kelab Noon Bulletin 1 English version

For our English Language readers, this is for you..the English Language version brought to you for your reading pleasure. Please feel free to download it and share it with your friends.

BulletinVolume1 E

We welcome comments from you too! Do drop a line or two, okay? May Allah accept our good deeds in this holy month of Ramadha

Buletin Kelab Noon Keluaran 1 Edisi Bahasa Melayu

Bersempena dengan 17 Ramdhan 1435 dan bersamaan dengan 15 Julai 2014, Kelab Noon telah dilancarkan secara 'soft launching'.Oleh itu Keluaran 1 Buletin dalam Edisi Bahasa Melayu telah dapat dihasilkan: 

BuletinKelabNoonKeluaran1_Bahasa Melayu

Keluaran bahasa-bahasa lain seperti Bahasa Inggeris, Mandarin dan Bahasa Arab sedang diusahakan oleh kami dalam Kelab Noon.

Saturday 12 July 2014

Sihat bersama Noon: Mahu Kekalkan Susutan Berat Badan ?




Illustrasi diadaptasi dari beberapa sumber rujukan (1,2,3,4) dan telah diubahsuai mengikut keperluan artikel ini.

Bagi kebanyakan daripada kita, salah satu impian besar adalah mahu kembali langsing seperti bertahun-tahun yang lalu. Sungguhpun ramai yang telah dapat menurunkan berat badan ke tahap yang dikehendaki, persoalannya ialah bagaimanakah caranya bagi mengekalkannya? Ia bukanlah sesuatu yang mudah. 

Dalam bukunya, The Strong Womens’s Guide To Total Health, Dr Mirian E. Nelson (2010), merumuskan mereka yang paling berjaya menurunkan berat badan ialah mereka yang didorong oleh keinginan bagi terus cergas dan sihat. Di antara strategi bagi mempertahankan penurunan berat badan berdasarkan dapatan kajian terhadap 5,000 responden adalah seperti berikut:

·           Memakan makanan yang berkhasiat dan rendah kalori
·           Menjaga supaya konsisten dengan pola pemakanan harian
·           Mengambil sarapan
·           Menghadkan makanan segera dan makanan luar dari rumah
·           Mengekalkan aktiviti fizikal yang tinggi, purata selama sejam sehari
·           Menghadkan tontonan TV, kurang daripada 10 jam seminggu
·           Mengambil timbangan berat badan secara kerap

Pada lazimnya, berat badan kita akan susut semasa bulan Ramadhan Kareem. Bagi memastikan penurunan berat badan adalah secara berperingkat dan tidak begitu mendadak, mari kita mencuba petua Dr. Mirian di samping sentiasa mengamalkan pesanan Rasulullah s.a.w:

“Wahai manusia lakukanlah amalan mengikut keupayaan kamu. Sesungguhnya ALLAH tidak jemu sehinggalah kamu jemu. Amalan yang paling ALLAH sukai ialah amalan yang berterusan walaupun sedikit.” 
~ Riwayat al-Bukhari dan Muslim.


Wallahualam.

Karya Oleh: Norhayati  Sidek






Pilihan Noon: Terkurung atau Bebas Lepas?


Ayam Oh! Ayam
Illustrasi diadaptasi daripada blog agro-ku dan cermin retak
       Menjelang Ramadhan dan sepanjang bulan ini berlalu sehingga berlarutan pada hari raya dan hari-hari sesudah itu, sudah tentunya haiwan dari spesis burung ini paling banyak dikorbankan. Masakan tidak? Bekalan ayam mudah diperolehi malah senang diurus buat dijadikan sajian kerana ayam dijual dalam keadaan bersih, bulunya siap dibuang, begitu juga perutnya. Tambahan pula, begitu banyak pilihan resipi sajian berasaskan ayam yang mudah, ringkas ataupun yang lebih rumit yang boleh didapati dalam bentuk koleksi buku dan juga secara dalam talian.

      Kita sering mendengar rungutan para ibu, baik di rumah ataupun di tempat kerja, “Asyik-asyik ayam, naik muak dibuatnya.” Begitupun, anak-anak selalunya lebih berselera sekiranya ayam dihidang sebagai juadah berbuka. Tidak dapat dinafikan memang anak-anak  zaman sekarang amat menggemari ayam. Sekiranya diimbau masa lampau, kita yang berusia sekitar 40’an dan 50’an pada masa ini, jarang sekali dapat makan ayam.  Tatkala itu, menu ayam teramat istimewa, hanya dihidang sekali sekala terutama semasa hari perayaan atau semasa majlis kenduri. Semasa itu juga, kita bukan hanya menikmati hidangan ayam dengan rasa penuh teruja, malahan kita melalui satu proses yang amat menyeronokkan. Bermula dari menghalau seekor ayam dari dalam reban, menangkapnya yang masih terlari-lari di halaman rumah dalam suasana hilai tawa, sehinggalah ia siap terhidang dalam pinggan.

   Berkejar sehingga tertiarap, memegang erat ekor ayam yang dapat ditangkap, anak mata memerhati antara rasa simpati dan riang semasa ayam itu menggelupur selepas disembelih, mencabut bulu-bulunya selepas direbus, menyiapkan bahan dan ramuan bagi memasak sehinggalah dapat menjamah dagingnya yang enak dan lembut sebati dengan rencah masakan.  Sayang sekali, semua itu adalah di antara perkara-perkara yang tidak dapat dirasai oleh anak-anak kita zaman sekarang. Apa yang merisaukan ialah pengalaman yang tidak dilakar dalam kehidupan anak-anak kita ini, mungkinkah juga akan menjadikan mereka kurang atau tidak dapat menghargai nikmat dari keenakan seekor ayam ? 

  Oleh itu, apa kata sekiranya sekali-sekala kita berikan pengalaman ini kepada anak-anak kita? Kita buat satu proses pembelajaran secara tidak langsung. Kita ajak mereka ke pasar. Kita berikan mereka peluang memilih seekor ayam kampung yang sihat. Kita uja minda mereka supaya membuat perbandingan di antara ayam kampung dan ayam daging. Sudah tentunya akan nampak dengan jelas sekali perbezaan fizikal ayam yang terkurung, diternak bagi disembelih dengan seekor ayam kampung yang dibiar aktif dan cergas. Malah perkara ini telahpun dimulakan di negara-negara seperti England dan Australia yang mana ayam bebas ini dipanggil ayam ‘free range’. Bekalannya pula begitu mendapat sambutan dalam kalangan mereka yang mementingkan kesihatan. Kemudian, pada hari-hari santai, apa kata kita mengajak anak-anak berbincang perihal dua jenis ayam ini iaitu antara ayam kampung dan ayam daging. Mana satukah lebih tinggi khasiatnya dan juga lebih enak rasanya? Bisikkan juga ke telinga mereka “Maka pada setiap sesuatu kejadian itu, Allah jadikan pengajaran bagi orang-orang yang berfikir.”
Karya Oleh: Ramlah Hussin